Rabu, 16 November 2011

MENYIASATI TUKANG BOHONG



Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke
hutan. Tetapi tanpa keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan
membosankan. Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk
mengajaknya ikut serta. Abu Nawas tidak keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai
keledai masing-masing sambil bercengkrama.
Tak terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini mereka tiba di
pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka berhenti karena mereka raguragu.
Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju
adalah hutan wisata. Bukan hutan yang dihuni binatang-binatang buas yang justru akan
membahayakan jiwa mereka.

Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila
salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih bijaksana bila
kita meninggalkan sesuatu yang meragukan? Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba
berkata,
"Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana.
Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya
karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya
selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau
menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya
Abu Nawas. "Tidak." jawab kawan Abu Nawas singkat. "Baiklah kalau begitu kita beristirahat
sejenak." usul Abu N awas. Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawankawannya.
Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar
bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar
bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan
saja. Tidak boleh lebih." katanya. Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan berbisik.
Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas
mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap kepada
kawan-kawannya."Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan?
Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar
atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka. "Karena orang yang
kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri," kata Abu Nawas.
Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. "Tadi aku
bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang
menuju hutan yang indah?" Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu
kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab: Jalan sebelah kiri, karena ia
tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembamya
selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan
menjawab: jalan sebelah kiri, karena la tahu saudara kembamya akan mengatakan jalan
sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.

Related Posts by Categories

0 komentar :

Posting Komentar

Thanks for your commentar

Domain Murah

indonetmedia