Minggu, 04 Desember 2011

MASUK PENJARA LAGI

Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu Abu Nawas masih bisa
menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain.
Baginda berpikir. Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk
membebaskan Abu Nawas. Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena
akal Abu Nawas tidak bisa ditebak. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup
menyusahkan orang. Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang
sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan
yang akan ditimbulkan akan semakin gawat.


Kini hidung Abu Nawas sudah bisa menghirup udara kebebasan di luar. Istri Abu Nawas
menyambut gembira kedatangan suami yang selama ini sangat dirindukan. Abu Nawas juga riang.
Apalagi melihat tanaman kentangnya akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dalam waktu dekat.
Abu Nawas memang girang bukan kepalang tetapi ia juga merasa gundah. Bagaimana Abu
Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk
memenjarakan dirinya. Tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila
suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung. Abu Nawas yakin bahwa saat
ini Baginda pasti sedang merencanakan sesuatu. Abu Nawas menyiapkan payung untuk menyambut
hujan yang akan diciptakan Baginda Raja. Pada hari itu Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai
ahli nujum atau tukang ramal nasib.
Sejak membuka praktek ramal-meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari
orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang handal dalam
menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu. Mendengar Abu Nawas mendadak
menjadi ahli ramal maka Baginda Raja Harun AI Rasyid merasa khawatir. Baginda curiga janganjangan
Abu Nawas bisa membahayakan kerajaan. Maka tanpa pikir panjang Abu Nawas ditangkap.
Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini bemiat akan menghabisi riwayatnya.
Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng.
Setelah beberapa hari meringkuk di dalam penjara, Abu Nawas digiring menuju tempat
kematian. Tukang penggal kepala sudah menunggu dengan pedang yang baru diasah. Abu Nawas
menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang. Baginda merasa kagum terhadap ketegaran
Abu Nawas. Tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu Nawas begitu tabah
menghadapi detik-detik terakhir hidupnya. Ketika algojo sudah siap mengayunkan pedang, Abu
Nawas tertawa-tawa sehingga Baginda menangguhkan pemancungan.
Beliau bertanya, "Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang
algojo?"
"Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga merasa gembira." jawab Abu Nawas sambil
tersenyum.
"Engkau merasa gembira?" tanya Baginda kaget.
"Betul Baginda yang mulia, karena tepat tiga hari setelah kematian hamba, maka Baginda
pun akan mangkat menyusul hamba ke liang lahat, karena hamba tidak bersalah sedikit pun." kata
Abu Nawas tetap tenang. Baginda gemetar mendengar ucapan Abu Nawas. dan tentu saja hukuman
pancung dibatalkan. Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu
Nawas diperlakukan istimewa. Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas disuguhi hidangan
yang enak-enak. Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasa tinggal di penjara. Abu Nawas berpesan dan
setengah mengancam kepada penjaga penjara bahwa bila ia terus-meneru mendekam dalam
penjara ia bisa jatuh sakit atau meninggal Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah
mendengar penuturan penjaga penjara.

Related Posts by Categories

0 komentar :

Posting Komentar

Thanks for your commentar

Domain Murah

indonetmedia